Penyakit menular pada dasarnya adalah penyakit yang khas terjadi di daerah tropis. Namun demikian, penyakit tersebut saling menyebar secara global sampai ke Eropa dan Amerika melalui transportasi orang dan barang. Setelah tersebar, mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus dan parasit akan mencari inang untuk hidup dan menyerang sistem kekebalan tubuh individu yang tidak kebal. Hal ini berakibat fatal di mana penyakit akan menular dengan cepat di antara anggota masyarakat sehingga tidak hanya sektor kesehatan saja yang terganggu, tetapi juga produktivitas masyarakat secara sosial dan ekonomi.
Kemajuan sosial membuat manusia yang mulanya terisolasi di satu daerah menjadi mampu berpindah tempat dalam waktu yang cepat. Hal ini membuat dimensi ruang dan mobilitas menjadi salah satu faktor yang penting dalam mengkaji asal, penyebaran, dan dinamika penyakit menular. Umumnya, mikroorganisme ikut berpindah dengan cara sebagai berikut
- Individu yang sebelumnya berada di lokasi terjadinya ledakan kasus bepergian jarak jauh dan membawa mikroorganisme patogen di dalam tubuhnya. Contohnya, penyebaran campak di Niger, Afrika Barat, dari desa ke kota dan sebaliknya saat transisi masa panen.
- Konsumsi daging binatang yang menjadi host berbagai penyakit zoonosis. Contohnya, aktivitas berburu, menangkap, maupun memelihara binatang konsumsi menyebabkan penyebaran infeksi virus Ebola dan monkeypox dari binatang ke manusia.
- Pemindahan satwa menggunakan kandang yang sempit sehingga menjadikannya lebih rentan terpapar agen penyakit baik dari hewan lainnya maupun manusia. Contohnya, penyebaran virus H7N9 dari unggas yang dijual di pasar hewan segar.
Penyebaran penyakit infeksi melalui transportasi jarak jauh dan interaksi manusia-hewan didefinisikan dalam Paradigma Stockholm (Brooks et al, 2019). Paradigma ini menjelaskan bahwa perubahan iklim menyebabkan manusia oleh penyakit yang belum pernah menginfeksi wilayah tersebut sebelumnya. Lebih jauh lagi, perubahan iklim menyebabkan kerusakan lingkungan yang mendorong manusia dan hewan berpindah tempat. Paradigma ini menimbulkan dampak negatif kepada manusia secara sosial dan ekonomi. Hal ini semakin menekankan pentingnya mitigasi penyebaran penyakit infeksi, termasuk dari interaksi antara manusia dan hewan.