Aliansi vaksin internasional Gavi (dalam WHO, 2024) mengumumkan bahwa vaksin rabies bagi manusia yang diperuntukkan bagi upaya pencegahan pascagigitan telah dimasukkan ke daftar vaksin rutin. Gelombang pertama vaksin telah dilakukan sejak pertengahan Juli di negara-negara Asia dan Afrika di mana penduduk marginal seringkali tidak memiliki akses terhadap pencegahan pascagigitan – disebut juga post exposure prophylaxis (PEP). Sebelumnya, pencegahan rabies dilakukan dengan memvaksinasi anjing. Sebanyak 99% kasus rabies ditransmisikan oleh anjing walaupun hewan lainnya seperti kelelawar, rubah, rakun, dan sigung juga terjadi. Rabies ditularkan melalui gigitan hewan, inhalasi virus penyebab rabies di dalam partikel aerosol, atau konsumsi produk hewani mentah yang mengandung rabies.
Pencegahan rabies melalui vaksinasi manusia adalah metode pencegahan terbaru. Hingga 2004, rabies adalah penyakit yang fatal dan dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah penderita menunjukkan gejala awal. Meskipun mendapatkan perawatan medis, penderita rabies tetap mengalami gangguan neurologis yang pasti. Di tahun 2004, seorang remaja asal Wisconsin, AS, mengalami gigitan kelelawar dan tidak mendapatkan penanganan tepat waktu. Ia berhasil diselamatkan oleh seorang dokter yang menyuntikkan dua obat antivirus. Tidak hanya menyuntikkan antivirus, dokter tersebut juga menurunkan kerja otak remaja tersebut dan membuatnya koma selama enam hari. Prosedur tersebut kemudian dikenal sebagai Protokol Milwaukee (AAAS, 2011).
Meskipun Protokol Milwaukee diadopsi sebagai salah satu prosedur untuk menyembuhkan rabies, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa protokol tersebut bermanfaat secara in vivo maupun in vitro. Protokol Milwaukee yang bertujuan untuk menurunkan kerja otak secara mendalam dan menetralkan anitbodi rabies di dalam serum dan cairan serebrospinal menyebabkan komplikasi serius yang membuat perawatan intensif semakin sulit untuk dilakukan. Henry Wilde (2015) menyatakan bahwa protokol ini lebih efektif jika dilakukan pada mamalia lain, tetapi tidak bermanfaat jika dilakukan kepada manusia sehingga diperlukan metode lain yang telah memenuhi persetujuan etik yang sah untuk menangani rabies.
Sebagai seorang ahli rabies dari Universitas Chulalongkorn, Henry Wilde mengidentifikasi bahwa hambatan dalam mendapatkan penanganan rabies yang tepat adalah akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan, PEP, dan vaksinasi anjing peliharaan. Thailand adalah satu dari banyak negara Asia yang warganya terhambat oleh faktor ekonomi, jarak tempuh, ketersediaan sarana di fasilitas pelayanan kesehatan, dan akses informasi terhadap penanganan rabies. Hambatan tersebut yang kemudian menyebabkan angka kejadian rabies masih tinggi walaupun upaya pencegahan dan penanganannya telah ada. Oleh karena itu, diperlukan sarana pendukung upaya pencegahan rabies dan PEP untuk menurunkan angka kejadian rabies serta mengeliminasi rabies yang ditransmisikan oleh anjing pada 2030.
Referensi:
- World Health Organization. (2024). Gavi to boost access to life-saving human rabies vaccines in over 50 countries: Gavi, WHO and UAR. https://www.who.int/news/item/13-06-2024-gavi-to-boost-access-to-life-saving-rabies-vaccines-human-in-over-50-countries-gavi-who-and-uar
- _. (2024a). Rabies. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies/?gad_source=1&gclid=Cj0KCQjwurS3BhCGARIsADdUH532Wz0rjR1fb32y5i2VeWpK-jU7qWQSjCUMeW73uVhmvT0KJLZjX9UaAiueEALw_wcB
- American Association for the Advancement of Science. (2011). Surviving rabies is now possible. https://www.aaas.org/taxonomy/term/9/surviving-rabies-now-possible
- Wilde, H., & Hemachudha, T. (2015). The “Milwaukee protocol” for treatment of human rabies is no longer valid. The Pediatric Infectious Disease Journal, 34(6), 678-679.
- Wilde, H., Lumlertdacha, B., Meslin, F. X., Ghai, S., & Hemachudha, T. (2016). Worldwide rabies deaths prevention—A focus on the current inadequacies in postexposure prophylaxis of animal bite victims. Vaccine, 34(2), 187-189.