Polusi udara di Jakarta telah menjadi isu yang berkelanjutan selama bertahun-tahun. Meskipun ada beberapa perbaikan, kualitas udara di Jakarta pada tahun 2024 masih berada dalam kategori tidak sehat. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini mencapai 9.1 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Bahkan pada tanggal 13 Agustus 2024, Jakarta mencatatkan indeks kualitas udara (AQI) tertinggi di dunia dengan skor 177, yang masuk dalam kategori tidak sehat. Data dari IQAir menunjukkan bahwa Jakarta sering kali masuk dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Polusi udara ini terutama disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah. Polusi udara dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Terdapat beberapa penyebab tingginya polusi udara di Jakarta, yaitu:
- Transportasi
Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta(2020), sektor transportasi menyumbang sekitar 67,04% dari total polusi udara di Jakarta. Kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar fosil, menghasilkan emisi gas berbahaya seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), dan partikulat halus (PM2.5).
- Industri Manufaktur dan Industri Energi
Industri menyumbang sekitar 32,49,8% dari polusi udara. Pabrik-pabrik dan fasilitas industri lainnya menghasilkan berbagai polutan melalui proses pembakaran dan produksi.
- Pembakaran Rumah Tangga dan Terbuka
Pembakaran sampah dan penggunaan bahan bakar fosil di rumah tangga juga berkontribusi terhadap polusi udara. Pembakaran dari rumah tangga berkontribusi sebesar 0,43%.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Chicago menunjukkan bahwa polusi udara mengurangi 2,3 tahun dari harapan hidup rata-rata individu. Greenpeace Indonesia memperkirakan 7.390 penduduk Jakarta meninggal lebih awal karena polusi, sedangkan 2000 bayi lahir dengan berat badan rendah karena penyebab yang sama. Populasi yang paling terdampak oleh polusi udara di antaranya adalah anak-anak, lansia, dan individu dengan penyakit komorbid. Polusi udara menyebabkan infeksi paru maupun iritasi membran mukosa pada hidung, mulut, kulit, dan mata. Ukuran PM2,5 yang kecil dapat memasuki sirkulasi darah. Masuknya PM2,5 ke sirkulasi darah dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, termasuk gangguan pada kesehatan jantung serta mengganggu kesehatan janin di dalam kandungan.
Polusi udara memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia. Partikel PM2.5 yang terdapat dalam polusi udara dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan, kardiovaskular, dan bahkan kanker. Selain itu, polusi udara juga berdampak negatif pada kesehatan hewan, terutama hewan peliharaan yang sering terpapar udara luar. Ekosistem juga terpengaruh, dengan polusi udara yang merusak tanaman dan mengurangi kualitas tanah dan air.
Untuk mengatasi masalah polusi udara, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Pemerintah Jakarta telah mengambil beberapa langkah, seperti meningkatkan penggunaan kendaraan listrik, memperbaiki transportasi umum, dan mengurangi pembakaran sampah. Selain itu, masyarakat juga didorong untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, seperti bersepeda dan berjalan kaki. Dengan kolaborasi lintas sektor dan perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, diharapkan kualitas udara di Jakarta dapat terus membaik di masa depan.