Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Salah satu potensi dari Indonesia Emas 2045 adalah bonus demografi yang akan diterima Indonesia. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat bahwa dengan skenario trend “business as usual,” jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 akan mencapai 324 juta orang, bertambah sekitar 54,42 juta orang dari tahun 2020. Dalam upaya mencapai kesejahteraan dan pangan berkelanjutan, diperlukan pemahaman terhadap kondisi ketahanan pangan di Indonesia dan mengambil langkah-langkah strategis untuk menghadapinya.
Ketahanan pangan merupakan kondisi semua orang memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga. Dalam praktiknya, ketahanan pangan melibatkan aspek-aspek seperti ketersediaan, keamanan, dan keterjangkauan harga dengan memperhatikan jumlah dan mutu pangan itu sendiri. Berdasarkan data Global Food Security Index (GFSI), ketahanan pangan Indonesia menguat pada tahun 2022 dengan indeks sebesar 60,2. Ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,7% dibanding periode 2020-2021 sebesar 59,2 poin.
Tantangan ketahanan pangan di Indonesia sangat erat kaitannya pertumbuhan penduduk. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, permintaan akan pangan juga meningkat. Tantangan ini memaksa sektor pertanian dan perikanan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan. Disisi lain, keterbatasan lahan dapat terjadi akibat dari pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman atau industri seiring bertambahnya penduduk. Perubahan iklim juga berperan dalam mempengaruhi pola tanam dan produktivitas pertanian. Kondisi-kondisi tersebut dapat menghambat upaya meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi permintaan pangan. Menghadapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia berupaya dengan meningkatkan produktivitas pertanian melalui teknologi modern, diversifikasi tanaman, dan pengelolaan lahan yang efisien. Konsep One Health dapat berperan penting dalam menciptakan ketahanan pangan berkelanjutan dengan memperhatikan jumlah dan mutu pangan.
Pendekatan One Health merupakan konsep yang menghubungkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dalam rangka mencegah kontaminasi silang penyakit, menjaga ketahanan pangan, dan memastikan kualitas lingkungan. Konsep One Health melibatkan berbagai disiplin ilmu dan menghubungkan interdisipliner tingkat lokal dan global. Di Indonesia, pendekatan ini dapat membantu memperkuat tatanan keamanan pangan nasional melalui beberapa strategi, yaitu:
- Memperkuat sistem pengendalian pangan nasional dengan melibatkan kerjasama interdisipliner dalam pemantauan dari produksi hingga konsumsi, termasuk pengujian laboratorium untuk memastikan keamanan pangan.
- Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait pemenuhan gizi seimbang dalam mencegah kondisi triple burden malnutrition (kekurangan gizi,defisiensi mikronutrien, dan kelebihan gizi).
- Meningkatkan pemantauan terhadap penyakit zoonosis dan potensi penyebarannya.
- Penggunaan obat antimikroba pada hewan dengan bijak untuk mengurangi risiko resistensi obat sehingga perlu adanya pengelolaan dan pengawasan yang lebih ketat.
Dukungan dari berbagai pihak seperti masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta sangat penting untuk mencapai tujuan ketahanan pangan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Mengadopsi pendekatan One Health diharapkan dapat mengatasi tantangan ketahanan pangan dan memastikan kesehatan masyarakat serta lingkungan yang berkelanjutan.